BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Permasalahan
Di
dunia ini islam telah terbagi ke dalam beberapa golongan. Golongan ini tidak
sedikit jumlahnya, akan tetapi yang menarik perhatian kami untuk jadikan
pembahasan dalam makalah ini adalah ahlussunah wal jama’ah. Di dalam makalah
ini kami ingin membahas apa sebenarnya yang di maksut dengan ahlussunah wal
jama’ah, dan prinip-prinsip yang di pegang oleh ahlussunah wal jama’ah. Di
antara segi tinjauan yang memungkinkan kita bisa mengetahui siapa ahlu sunnah wal
jama’ah itu ialah:
Pertama,
sesungguhnya mereka adalah para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Merekalah ahli sunnah, yakni orang-orang yang mengajarkannya,
menjaganya, mengamalkannya, mengutipnya, dan membawanya baik dalam bentuk
riwayat atau dirayat atau manhaj. Jadi merekalah yang paling dahulu mengenal
sekaligus mengamalkan as sunnah.
Kedua,
selanjutnya ialah para pengikut sahabat Rasaulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Merekalah yang menerima tongkat estafet agama dari para sahabat, yang
mengutip, yang mengetahui, dan yang mengamalkannya. Mereka adalah para tabi’in
dan generasi yang hidup sesudah mereka, kemudian orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik sampai hari kiamat kelak. Mereka itulah sejatinya ahli
sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berpegang teguh padanya,
tidak membikin bid’ah macam-macam, dan tidak mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang yang beriman.
Ketiga,
ahli sunnah wal jama’ah, mereka adalah para salafus saleh, yakni orang-orang
yang setia pada Al Qur’an dan as sunnah, yang konsisten mengamalkan petunjuk
Allah dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang mengikuti jejak langkah
peninggalan para sahabat, para tabi’in, dan pemimpin-pemimpin pembawa petunjuk
umat, yang jadi tokoh panutan dalam urusan agama, yang tidak membikin bid’ah
macam-macam, yang tidak menggantinya, dan yang tidak mengada-adakan sesuatu
yang tidak ada dalam agama Allah.
Keempat,
ahli sunnah wal jama’ah ialah satu-satunya golongan yang berjaya dan mendapat
pertolongan Allah sampai hari kiamat nanti, karena merekalah yang memang cocok
dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
“Ada
segolongan dari umatku yang selalu membela kebenaran. Mereka tidak merasa
terkena mudharat orang-orang yang tidak mendukung mereka sampai datang urusan
Allah dan mereka tetap dalam keadaan seperti itu..”
Dalam
satu lafazh disebutkan:
“Ada
segolongan umatku yang senantiasa menegakkan perintah Allah….”
Kelima,
mereka adalah orang-orang yang menjadi asing atau aneh ketika dimana-mana
banyak orang yang suka mengumbar hawa nafsu, berbagai kesesatan merajalela,
bermacam-macam perbuatan bid’ah sangat marak, dan zaman sudah rusak. Hal itu
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
“Semula
Islam itu asing dan akan kembali asing. Sungguh beruntung orang-orang yang
asing.”
Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam juga bersabda,
“Sungguh
beruntung orang-orang yang asing, yakni beberapa orang saleh yang hidup di
tengah-tengah banyak manusia yang jahat. Lebih banyak orang yang memusuhi mereka
daripada yang taat kepada mereka.”
Sifat
tersebut cocok dengan ahli sunnah wal jama’ah.
Keenam,
mereka adalah para ahli hadist, baik riwayat maupun dirayat. Karena itulah kita
melihat para tokoh kaum salaf menafsiri al tha’ifat al manshurat dan al firqat
al najiyat, yakni orang-orang ahli sunnah wal jama’ah, bahwa mereka adalah para
ahli hadist. Hal itu berdasarkan riwayat dari Ibnu Al Mubarak, Ahmad bin
Hambal, Al Bukhari, Ibnu Al Madini, dan Ahmad bin Sinan. Ini benar, karena para
ahli hadist lah yang layak menyandang sifat tersebut, mereka adalah para
pemimpin ahli sunnah.
Mengomentari
kalimat al tha’ifat al manshurat Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan: “Kalau yang
dimaksud dengan mereka bukan ahli hadist, saya tidak tahu lalu siapa lagi?!”
Al
Qadhi Iyadh mengatakan: “Sesungguhnya yang dimaksud dengan mereka oleh Imam
Ahmad ialah ahli sunnah wal jama’ah, dan orang yang percaya pada madzhab ahli
hadist.”
Sementara
nama al jama’ah, karena mereka berpegang pada pesan Rasulullah shalallahu
alaihi wa sallam untuk setia pada jama’ah atau kebersamaan. Mereka bersama-sama
sepakat atas kebenaran, dan berpegang teguh padanya. Mereka mengikuti jejak
langkah jama’ah kaum muslimin yang berpegang teguh pada as sunnah dari generasi
sahabat, tabi’in, dan para pengikut mereka. Mengingat mereka bersama-sama
bersatu dalam kebenaran, bersama-sama bersatu ikut pada jama’ah, bersama-sama
bersatu taat pada pemimpin mereka, bersama-sama bersatu melakukan jihad,
bersama-sama bersatu tunduk kepada para penguasa kaum muslimin, bersama-sama
bersatu mengerjakan yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, bersama-sama
bersatu mengikuti as sunnah, dan bersama-sama bersatu meninggalkan berbagai
perbuatan bid’ah, perbuatan yang terdorong oleh keinginan-keinginan nafsu,
serta perbuatan yang mengundang perpecahan, maka merekalah jama’ah sejati yang
mendapat perhatian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa sebenar nya ahlussunah wal jama’ah
itu ?
·
Bagaimana sejarah lahir nya ahlussunah
wal jama’ah ?
·
Prinsip-prinsip apa yang di pegang oleh
ahlussunah wal jama’ah ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Ahlus Sunnah wal Jama'ah
1. Pengertian
as-Sunnah Secara Bahasa (Etimologi)
As-Sunnah
secara bahasa berasal dari kata: "sanna yasinnu", dan "yasunnu
sannan", dan "masnuun" yaitu yang disunnahkan. Sedang
"sanna amr" artinya menerangkan (menjelaskan) perkara.
As-Sunnah
juga mempunyai arti "at-Thariqah" (jalan/metode/pandangan
hidup) dan "as-Sirah" (perilaku) yang terpuji dan tercela. Seperti
sabda Rasulullah SAW,
"Sungguh
kamu akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kamu sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta."(HR. Al-Bukhari dan Muslim). (HR.
Al-Bukhari no 3456, 7320 dan Muslim no. 2669 dari Sahabat Abu Sa'id al-Khudri).
Lafazh
"sanana" maknanya adalah (pandangan hidup mereka dalam urusan agama
dan dunia).
"Barangsiapa
memberi contoh suatu sunnah (perilaku) yang baik dalam Islam, maka baginya
pahala kebaikan tersebut dan pahala orang yang mengerjakannya setelahnya, tanpa
mengurangi sesuatu apapun dari pahala mereka. Dan barang siapa memberi contoh
sunnah (perilaku) yang jelak dalam Islam ...." (HR. Muslim).
2.
Pengertian as-Sunnah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu
petunjuk yang telah ditempuh oleh rasulullah SAW dan para Sahabatnya baik
berkenaan dengan ilmu, ‘aqidah, perkataan, perbuatan maupun ketetapan.
As-Sunnah
juga digunakan untuk menyebut sunnah-sunnah (yang berhubungan dengan) ibadah
dan ‘aqidah.Lawan kata "sunnah" adalah "bid'ah".
Nabi
SAW bersabda, "Sesungguhnya barang siapa yang hidup diantara kalian
setelahkau, maka akan melihat perselisihan yang banyak.Maka hendaknya kalian
berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah para Khulafa-ur Rasyidin dimana mereka
itu telah mendapat hidayah." (Shahih Sunan Abi Dawud oleh Syaikh al-Albani
3. Pengertian
Jama'ah Secara Bahasa
(Etimologi)
Jama'ah
diambil dari kata "jama'a" artinya mengumpulkan sesuatu, dengan
mendekatkan sebagian dengan sebagian lain. Seperti kalimat
"jama'tuhu" (saya telah mengumpulkannya); "fajtama'a" (maka
berkumpul).
Dan
kata tersebut berasal dari kata "ijtima'" (perkumpulan), ia lawan
kata dari "tafarruq" (perceraian) dan juga lawan kata dari
"furqah" (perpecahan).
Jama'ah
adalah sekelompok orang banyak; dan dikatakan juga sekelompok manusia yang
berkumpul berdasarkan satu tujuan.
4.
Pengertian Jama'ah Secara Istilah (Terminologi):
Yaitu
kelompok kaum muslimin ini, dan mereka adalah pendahulu ummat ini dari kalangan
para sahabat, tabi'in dan orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka
sampai hari kiamat; dimana mereka berkumpul berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah
dan mereka berjalan sesuai dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW baik
secara lahir maupun bathin.
Allah
Ta'ala telah memeringahkan kaum Mukminin dan menganjurkan mereka agar
berkumpul, bersatu dan tolong-menolong.Dan Allah melarang mereka dari
perpecahan, perselisihan dan permusuhan. Allah SAW berfirman:
"Dan
berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai." (Ali Imran: 103).
Dia
berfirman pula, "Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang
bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka." (Ali Imran: 105).
Nabi
SAW bersabda, "Sesungguhnya agama ini akan terpecah menjadi tujuh puluh
tiga (golongan), tujuh puluh dua tempatnya di dalam Neraka dan satu tempatnya
di dalam Surga, yaitu ‘al-Jama'ah." (Shahih Sunan Abi Dawud oleh Imam
al-Albani
Jadi
Ahlus Sunnah wal Jama'ah, adalah mereka yang berpegang teguh pada sunnah Nabi
Muhammad SAW, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejak dan jalan
mereka, baik dalam hal ‘aqidah, perkataan maupun perbuatan, juga mereka yang
istiqamah (konsisten) dalam ber-ittiba' (mengikuti Sunnah Nabi SAW) dan
menjauhi perbuatan bid'ah. Mereka itulah golongan yang tetap menang dan
senantiasa ditolong oleh Allah sampai hari Kiamat.Oleh karena itu mengikuti
mereka (Salafush Shalih) berarti mendapatkan petunjuk, sedang berselisih
terhadapnya berarti kesesatan.
Ahlus Sunnah wal
Jama'ah mempunyai karakteristik dan keistimewaan, diantaranya :
1.
Mereka mempunyai sikap wasathiyah
(pertengahan) di antara ifraath (melampaui batas) dan tafriith
(menyia-nyiakan); dan di antara berlebihan dan sewenang-wenang, baik dalam
masalah ‘aqidah, hukum atau akhlak. Maka mereka berada di pertengahan antara
golongan-golongan lain, sebagaimana juga ummat ini berada dipertengahan antara
agama-agama yang ada.
2.
Sumber pengambilan pedoman bagi mereka
hanyalah al-Qur-an dan as-Sunnah, Mereka pun memperhatikan keduanya dan
bersikap taslim (menyerah) terhadap nash-nashnya dan memahaminya sesuai dengan
manhaj Salaf.
3.
Mereka tidak mempunyai iman yang
diagungkan, yang semua perkataannya diambil dari meninggalkan apa yang
bertentangan dengan kecuali perkataan Rasulullah SAW. Dan Ahli Sunnah itulah
yang paling mengerti dengan keadaan Rasulullah SAW perkataan dan
perbuatannya. Oleh karena itu, merekalah yang paling mencintai sunnah, yang
paling peduli untuk mengikuti dan paling lolal terhadap para pengikutnya.
4.
Mereka meninggalkan persengketaan dan
pertengkaran dalam agama sekaligus menjauhi orang-orang yang terlibat di
dalamnnya, meninggalkan perdebatan dan pertengkaran dalam permasalahan tentang
halal dan haram. Mereka masuk ke dalam dien (Islam) secara total.
5.
Mereka mengagungkan para Salafush Shalih
dan berkeyakinan bahwa metode Salaf itulah yang lebih selamat, paling dalam
pengetahuannya dan sangat bijaksana.
6.
Mereka menolak ta'wil
(penyelewengan suatu nash dari makna yang sebenarnya) dan menyerahkan diri
kepada syari'at, dengan mendahulukan nash yang shahih daripada akl (logika)
belaka dan menundukkan akal di bawah nash.
7.
Mereka memadukan antara nash-nash dalam
suatu permasalahan dan mengembalikan (ayat-ayat) yang mutasyabihat (ayat-ayat
yang mengandung beberapa pengertian/tidak jelas) kepada yang muhkam (ayat-ayat
yang jelas dan tegas maksudnya).
8.
Mereka merupakan figur teladan
orang-orang yang shalih, memberikan petunjuk ke arah jalan yang benar dan
lurus, dengan kegigihan mereka di atas kebenaran, tidak membolak-balikkan
urusan ‘aqidah kemudian bersepakat atas penyimpangannya. Mereka memadukan
antara ilmu dan ibadah, antara tawakkal kepada Allah dan ikhtiar
(berusaha), antara berlebih-lebihan dan wara' dalam urusan dunia, antara cemas
dan harap, cinta dan benci, antara sikap kasih sayang dan lemah lembut kepada
kaum mukminin dengan sikap keras dan kasar kepada orang kafir, serta tidak ada
perselisihan diantara mereka walaupun di tempat dan zaman yang berbeda.
9.
Mereka tidak menggunakan sebutan selain
Islam, Sunnah dan Jama'ah.
10.
Mereka peduli untuk menyebarkan ‘aqidah
yang benar, agama yang lurus, mengajarkannya kepada manusia, memberkan
bimbingan dan nasehat kepadanya serta memperhatikan urusan mereka.
11.
Mereka adalah orang-orang yang paling
sabar atas perkataan, ‘aqidah dan dakwahnya.
12.
Mereka sangat peduli terhadap persatuan
dan jama'ah, menyeru dan menghimbau manusia kepadanya serta menjauhkan
perselisihan, perpecahan dan memberikan peringatan kepada manusia dari hal
tersebut.
13.
Allah Ta'ala menjaga mereka dari sikap
saling mengkafirkan sesama mereka, kemudian mereka menghukumi orang selain mereka
berdasarkan ilmu dan keadilan.
14.
Mereka saling mencintai dan mengasihi
sesama mereka, saling tolong menolong diantara mereka, saling menutupi
kekurangan sebagian lainnya. Mereka tidak loyal dan memusuhi kecuali atas dasar
agama.
Secara
garis besarnya, ahlus sunnah wal jama'ah adalah manusia yang paling baik
akhlaknya, sangat peduli terhadap kesucian jiwa mereka dengan berbuat
ketaatan kepada Allah Ta'ala, paling luas wawasannya, paling jauh pandangan,
paling lapang dadanya dengan khilaf (perbedaan pendapat) dan paling mengetahui
tentang adab-adab dan prinsip-prinsip khilaf.
5. Pengertian
Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Secara Ringkas
Bahwa
Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah suatu golongan yang telah Rasulullah SAW
janjikan akan selamat di antara golongan-golongan yang ada. Landasan mereka
bertumpu pada ittiba'us sunnah (mengikuti as-Sunnah) dan menuruti apa yang
dibawa oleh nabi baik dalam masalah ‘aqidah, ibadah, petunjuk, tingkah laku,
akhlak dan selalu menyertai jama'ah kaum Muslimin.
Dengan
demikian, maka definisi Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak keluar dari definisi
Salaf. Dan sebagaimana telah dikemukakan bahwa salaf ialah mereka yang
mengenalkan Al-Qur-an dan berpegang teguh dengan As-Sunnah. Jadi Salaf adalah
Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Nabi SAW. Dan ahlus sunnah adalah Salafush
Shalih dan orang yang mengikuti jejak mereka.
Inilah
pengertian yang lebih khusus dari Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Maka tidak
termasuk dalam makna ini semua golongan ahli bid'ah dan orang-orang yang
mendikuti keinginan nafsunya, seperti Khawarij, Jahmiyah, Qadariyah,
Mu'tazilah, Murji'ah, Rafidhah (Syiah) dan lain-lainnya dari ahli bid'ah yang
meniru jalan mereka.
Maka
sunnah adalah lawan kata bid'ah, sedangkan jama'ah lawan kata firqah (gologan).
Itulah yang dimaksudkan dalam hadits-hadits tentang kewajiban berjama'ah dan
larangan bercerai-berai.
sumber:
Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis
Salafis Shaalih (Ahlis Sunnah wal Jama'ah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah
wal Jama'ah), terj. Farid bin Muhammad Bathathy(Pustaka Imam Syafi'i, cet.I),
hlm. 50 -60.
2.2
Lahirnya nama Ahlus Sunnah Waljamaah
Dahulu
di zamaan Rasulullaah SAW.kaum muslimin dikenal bersatu, tidak ada golongan ini
dan tidak ada golongan itu, tidak ada syiah ini dan tidak ada syiah itu, semua
dibawah pimpinan dan komando Rasulullah SAW.
Bila
ada masalah atau beda pendapat antara para sahabat, mereka langsung datang
kepada Rasulullah SAW. itulah yang membuat para sahabat saat itu tidak
sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun dalam urusan
duniawi.2)
Kemudian
setelah Rasulullah SAW. wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan
puncaknya terjadi saat Imam Ali kw. menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut
hanya bersifat politik, sedang akidah mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah,
meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan
oleh Ibin Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pencetus
faham Syiah (Rawafid).
Tapi
setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah tersebut mulai
membesar, sehingga timbullah faham-faham yang bermacam-macam yang menyimpang
dari ajaran Rasulullah SAW.
Saat
itu muslimin terpecah dalam dua bagian, satu bagian dikenal sebagai
golongan-golongan ahli bid’ah, atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam,
seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain. Sedang bagian yang
satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap
berpegang teguh kepada apa-apa yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah
SAW.bersama sahabat-sahabatnya.
Golongan
yang terakhir inilah yang kemudian menamakan golongannya dan akidahnya Ahlus
Sunnah Waljamaah.Jadi golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah golongan yang
mengikuti sunnah-sunnah nabi dan jamaatus shohabah.
Hal
ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW : bahwa golongan yang selamat dan akan
masuk surga (al-Firqah an Najiyah) adalah golongan yang mengikuti apa-apa yang
aku (Rasulullah SAW) kerjakan bersama sahabat-sahabatku.
Dengan
demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah adalah akidah Islamiyah yang dibawa oleh
Rasulullah dan golongan Ahlus Sunnah Waljamaah adalah umat Islam.
Lebih jelasnya, Islam adalah Ahlus Sunnah Waljamaah dan Ahlus Sunnah Waljamaah
itulah Islam. Sedang golongan-golongan ahli bid’ah, seperti Mu’tazilah,
Syiah(Rawafid) dan lain-lain, adalah golongan yang menyimpang dari ajaran
Rasulullah SAW yang berarti menyimpang dari ajaran Islam.
Dengan
demikian akidah Ahlus Sunnah Waljamaah itu sudah ada sebelum Allah menciptakan
Imam Ahmad, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali.Begitu pula sebelum
timbulnya ahli bid’ah atau sebelum timbulnya kelompok-kelompok sempalan.
Akhirnya
yang perlu diperhatikan adalah, bahwa kita sepakat bahwa Ahlul Bait adalah
orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi SAW. dan mereka tidak menyimpang dari
ajaran nabi. Mereka tidak dari golongan ahli bid’ah, tapi dari golongan Ahlus
Sunnah.1)
2.3
Al-Firqotun Najiyah Adalah Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah
Pada
masa kepemimpinan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kaum muslimin itu
adalah umat yang satu sebagaimana di firmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya
: Sesungguhnya kalian adalah umat yang satu dan Aku (Allah) adalah Rab kalian,
maka beribadahlah kepada-Ku”. (Al-Anbiyaa : 92).
Maka
kemudian sudah beberapa kali kaum Yahudi dan munafiqun berusaha memecah belah
kaum muslimin pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun mereka
belum pernah berhasil.Telah berkata kaum munafiq.
“Artinya
: Janganlah kamu berinfaq kepada orang-orang yang berada di sisi Rasulullah,
supaya mereka bubar”.
Yang
demikian tersebut bisa terjadi karena masih banyaknya ulama dari kalangan
muhadditsin, mufassirin dan fuqaha.Mereka termasuk sebagai ulama tabi’in dan
pengikut para tabi’in serta para imam yang empat dan murid-murid mereka.Juga
disebabkan masih kuatnya daulah-dualah Islamiyah pada abad-abad tersebut,
sehingga firqah-firqah menyimpang yang mulai ada pada waktu itu mengalami
pukulan yang melumpuhkan baik dari segi hujjah maupun kekuatannya.
Setelah
berlalunya abad-abad yang dipuji ini bercampurlah kaum muslimin dengan pemeluk
beberapa agama-agama yang bertentangan.Diterjemahkannya kitab ilmu
ajaran-ajaran kuffar dan para raja Islam-pun mengambil beberapa kaki tangan
pemeluk ajaran kafir untuk dijadikan menteri dan penasihat kerajaan, maka
semakin dahsyatlah perselisihan di kalangan umat dan bercampurlah berbagai
ragam golongan dan ajaran.Begitupun madzhab-madzhab yang batilpun ikut
bergabung dalam rangka merusak persatuan umat.Hal itu terus berlangsung hingga
zaman kita sekarang dan sampai masa yang dikehendaki Allah. Walaupun demikian
kita tetap bersyukur kepada Allah karena Al-Firqatun Najiyah Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah masih tetap berada dalam keadaan berpegang teguh dengan ajaran Islam
yang benar berjalan diatasnya, dan menyeru kepadanya ; bahkan akan tetap berada
dalam keadaan demikian sebagaimana diberitakan dalam hadits Rasulullah tentang
keabadiannya, keberlangsungannya dan ketegarannya. Yang demikian itu adalah
karunia dari Allah demi langgenggnya Din ini dan tegaknya hujjah atas para
penentangnya.
Sesungguhnya
kelompok kecil yang diberkahi ini berada di atas apa-apa yang pernah ada semasa
sahabat Radhiyallahu ‘anhum bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
baik dalam perkataan perbuatan maupun keyakinannya seperti yang disabdakan oleh
beliau.
“Artinya
: Mereka yaitu barangsiapa yang berada pada apa-apa yang aku dan para sahabatku
jalani hari ini2)
Prinsip-prinsip
tersebut teringkas dalam butir-butir berikut :
Ø Prinsip
Pertama
Beriman
kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir
dan Taqdir baik dan buruk.
1.
Iman kepada Allah
2.
Beriman kepada Para Malaikat-Nya
3.
Iman kepada Kitab-kitab-Nya
4.
Iman Kepada Para Rasul
5.
Iman Kepada Hari Akhirat
6.
Iman kepada taqdir.
Ø Prinsip
Kedua
Dan
diantara prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah : bahwasanya iman itu
perkataan, perbuatan dan keyakinan yang bisa bertambah dengan keta’atan dan
berkurang dengan kema’shiyatan, maka iman itu bukan hanya perkataan dan
perbuatan tanpa keyakinan sebab yang demikian itu merupakan keimanan kaum
munafiq, dan bukan pula iman itu hanya sekedar ma’rifah (mengetahui) dan
meyakini tanpa ikrar dan amal sebab yang demikian itu merupakan keimanan
orang-orang kafir yang menolak kebenaran. Allah berfirman.
“Artinya
: Dan mereka mengingkarinya karena kedzoliman dan kesombongan (mereka), padahal
hati-hati mereka meyakini kebenarannya, maka lihatlah kesudahan orang-orang
yang berbuat kerusakan itu”. (An-Naml : 14)
“Artinya
: ……. karena sebenarnya mereka bukan mendustakanmu, akan tetapi orang-orang
yang dzolim itu menentang ayat-ayat Allah”. (Al-An’aam : 33)
“Artinya
: Dan kaum ‘Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu kehancuran
tempat-tempat tinggal mereka. Dan syetan menjadikan mereka memandang baik
perbuatan mereka sehingga menghalangi mereka dari jalan Allah padahal mereka
adalah orang-orang yang berpandangan tajam” (Al-Ankabut : 38)
Bukan
pula iman itu hanya suatu keyakinan dalam hati atau perkataan dan keyakinan
tanpa amal perbuatan karena yang demikian adalah keimanan golongan Murji’ah ;
Allah seringkali menyebut amal perbuatan termasuk iman sebagaimana tersebut
dalam firman-Nya.
“Artinya
: Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah mereka yang apabila ia disebut
nama Allah tergetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah
imannya dan kepada Allahlah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat, dan yang menafkahkan apa-apa yang telah dikaruniakan kepada
mereka. Merekalah orang-orang mu’min yang sebenarnya …” (Al-Anfaal : 2-4).
“Artinya
: Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian” (Al-Baqarah : 143).
Ø Prinsip Ketiga
Dan
diantara prinsip-prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah bahwasanya
mereka tidak mengkafirkan seorangpun dari kaum muslimin kecuali apabila dia
melakukan perbuatan yang membatalkan keislamannya.Adapun perbuatan dosa besar
selain syirik dan tidak ada dalil yang menghukumi pelakunya sebagai kafir.
Misalnya meninggalkan shalat karena malas, maka pelaku (dosa besar tersebut)
tidak dihukumi kafir akan tetapi dihukumi fasiq dan imannya tidak sempurna.
Apabila dia mati sedang dia belum bertaubat maka dia berada dalam kehendak
Allah. Jika Dia berkehendak Dia akan mengampuninya, namun si pelaku tidak kekal
di neraka, telah berfirman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya
: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
dosa-dosa selainnya bagi siapa yang dikehendakinya …” (An-Nisaa : 48).
Ø Prinsip Keempat
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah wajibnya ta’at kepada pemimpin
kaum muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk berbuat kema’skshiyatan,
apabila mereka memerintahkan perbuatan ma’shiyat, dikala itulah kita dilarang
untuk menta’atinya namun tetap wajib ta’at dalam kebenaran lainnya, sebagaimana
firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Hai
orang-orang yang beriman, ta’atlah kamu kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul
serta para pemimpin diantara kalian …” (An-Nisaa : 59)
Dan sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Artinya : Dan aku
berwasiat kepada kalian agar kalian bertaqwa kepada Allah dan mendengar dan
ta’at walaupun yang memimpin kalian seorang hamba”.(Telah terdahulu takhrijnya,
merupakan potongan hadits ‘Irbadh bin Sariyah tentang nasihat Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya)
Ø Prinsip Kelima
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah haramnya keluar untuk
memberontak terhadap pemimpin kaum muslimin apabila mereka melakukan hal-hal
yang menyimpang, selama hal tersebut tidak termasuk amalan kufur.Hal ini sesuai
dengan perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang wajibnya ta’at
kepada mereka dalam hal-hal yang bukan ma’shiyat dan selama belum tampak pada
mereka kekafiran yang jelas.Berlainan dengan Mu’tazilah yang mewajibkan keluar
dari kepemimpinan para imam/pemimpin yang melakukan dosa besar walaupun belum
termasuk amalan kufur dan mereka memandang hal tersebut sebagai amar ma’ruf
nahi munkar.Sedang pada kenyataannya, keyakinan Mu’tazilah seperti ini
merupakan kemunkaran yang besar karena menuntut adanya bahaya-bahaya yang besar
baik berupa kericuhan, keributan, perpecahan dan kerawanan dari pihak musuh.
Ø Prinsip
Keenam
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah bersihnya hati dan mulut mereka
terhadap para sahabat Rasul Radhiyallahu ‘anhum sebagaimana hal ini telah
digambarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika mengkisahkan Muhajirin dan
Anshar dan pujian-pujian terhadap mereka.
“Artinya : Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka mengatakan : Ya Allah, ampunilah kami
dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam iman dan janganlah
Engkau jadikan dalam hati kami kebencian kepada orang-orang yang beriman : Ya
Allah, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Al-Hasyr :
10).
Ahlus Sunnah memandang
bahwa para khalifah setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Abu
Bakar, kemudian Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu anhumajma’in. Barangsiapa yang mencela salah satu khalifah
diantara mereka, maka dia lebih sesat daripada keledai karena bertentangan
dengan nash dan ijma atas kekhalifahan mereka dalam silsilah seperti ini.
Ø Prinsip Ketujuh
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah mencintai ahlul bait sesuai
dengan wasiat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya.
“Artinya : Sesunnguhnya aku mengingatkan kalian dengan ahli baitku”.( Dikeluarkan Muslim 5 Juz 15, hal 180 Nawawy, Ahmad 4/366-367 dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab As-Sunnah No. 629).
“Artinya : Sesunnguhnya aku mengingatkan kalian dengan ahli baitku”.( Dikeluarkan Muslim 5 Juz 15, hal 180 Nawawy, Ahmad 4/366-367 dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab As-Sunnah No. 629).
Sedang yang termasuk
keluarga beliau adalah istri-istrinya sebagai ibu kaum mu’minin Radhiyallahu
‘anhunna wa ardhaahunna
Dan saudara-saudara
Rasulullah yang sholeh tersebut mempunyai hak atas kita berupa penghormatan,
cinta dan penghargaan, namun kita tidak boleh berlebih-lebihan terhadap mereka
dengan mendekatkan diri dengan suatu ibadah kepada mereka.Adapaun keyakinan
bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memberi manfaat atau madlarat selain dari
Allah adalah bathil, sebab Allah telah berfirman.
“Artinya : Katakanlah
(hai Muhammad) : Bahwasanya aku tidak kuasa mendatangkan kemadlaratan dan
manfaat bagi kalian”. (Al-Jin : 21).
Apabila Rasulullah saja
demikian, maka bagaimana pula yang lainnya. Jadi, apa yang diyakini sebagian
manusia terhadap kerabat Rasul adalah suatu keyakinan yang bathil.
Ø Prinsip
Kedelapan
Sedang golongan yang
mengingkari adanya karomah-karomah tersebut daintaranya Mu’tazilah dan
Jahmiyah, yang pada hakikatnya mereka mengingkari sesuatu yang
diketahuinya.Akan tetapi kita harus mengetahui bahwa ada sebagian manusia pada
zaman kita sekarang yang tersesat dalam masalah karomah, bahkan
berlebih-lebihan, sehingga memasukkan apa-apa yang sebenarnya bukan termasuk
karomah baik berupa jampi-jampi, pekerjaan para ahli sihir, syetan-syetan dan
para pendusta. Perbedaan karomah dan kejadian luar biasa lainnya itu jelas,
Karomah adalah kejadian luar biasa yang diperlihatkan Allah kepada para
hamba-Nya yang sholeh, sedang sihir adalah keluar biasaan yang biasa
diperlihatkan para tukang sihir dari orang-orang kafir dan atheis dengan maksud
untuk menyesatkan manusia dan mengeruk harta-harta mereka. Karomah bersumber
pada keta’atan, sedang sihir bersumber pada kekafiran dan ma’shiyat.
Ø Prinsip Kesembilan
Ø Prinsip Kesembilan
Dan diantara
prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah bahwa dalam berdalil selalu
mengikuti apa-apa yang datang dari Kitab Allah dan atau Sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam baik secara lahir maupun bathin dan mengikuti
apa-apa yang dijalankan oleh para sahabat dari kaum Muhajirin maupun Anshar
pada umumnya dan khususnya mengikuti Al-Khulafaur-rasyidin sebagaimana wasiat
Rasulullah dalam sabdanya.
“Artinya : Berepegang
teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah khulafaur-rasyid-iin yang mendapat
petunjuk”.(Telah terdahulu takhrijnya).
Dan Ahlus Sunnah wal
Jama’ah tidak mendahulukan perkataan siapapun terhadap firman Allah dan sabda
Rasulullah.Oleh karena itu mereka dinamakan Ahlul Kitab Was Sunnah.Setelah
mengambil dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah, mereka mengambil apa-apa yang telah
disepakati ulama umat ini. Inilah yang disebut dasar yang pertama ; yakni
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Segala hal yang diperselisihkan manusia selalu
dikembalikan kepada Al-Kitab dan As-Sunnah.Allah telah berfirman.
“Artinya : Maka jika
kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan
Rasul-Nya jika kamu benar-benar beriman pada Allah dan hari akhir, yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya”. (An-Nisaa :
59)
Ahlus Sunnah tidak
meyakini adanya kema’shuman seseorang selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan mereka tidak berta’ashub pada suatu pendapat sampai pendapat
tersebut bersesuaian dengan Al-Kitab dan As-Sunnah.Mereka meyakini bahwa
mujtahid itu bisa salah dan benar dalam ijtihadnya.Mereka tidak boleh
berijtihad sembarangan kecuali siapa yang telah memenuhi persyaratan tertentu
menurut ahlul ‘ilmi. 3)
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bahwa
Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah suatu golongan yang telah Rasulullah SAW
janjikan akan selamat di antara golongan-golongan yang ada. Landasan mereka
bertumpu pada ittiba'us sunnah (mengikuti as-Sunnah) dan menuruti apa yang
dibawa oleh nabi baik dalam masalah ‘aqidah, ibadah, petunjuk, tingkah laku,
akhlak dan selalu menyertai jama'ah kaum Muslimin.
Yang
masuk dalam golongan ini adalah mereka yang mengikuti sunah nabi Muhammad SAW
(Ahussunah)dan sahabat para Nabi ( Jamaah ). Pendiri aliran ini adalah Abu
al-Hasan al- Asy'ari di Basrah dan Abu Mansur al-Maturidi di Samarkand.
Konstribsi
islam dalam perdamaian dunia dan regional,sedemikian besar dalam sejarah umat
manusia.menurut islam,tujuan utama penciptaan manusia adalah saling mengenal
dan hidup damai.untuk hal ini kita akan mengacu pada sejumlah ayat
al-quran.ahlusunnah merupakan golongan yang luas.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah alkaff. 1987.
Tauhit
R. Abdul Rozak. M.Ag.
DR. Rosihon Anwar.M.Ag. 2010. Ilmu kalam : CV. Pustaka Setia
Shaleh al-fauzan. 2006.
Prinsip-prinsip ahlussunah wal jamaah. Maktab dakwah dan bimbingan jaliyat
rabwan
[1] Abdullah alkaff,
1987 , tauhit , hal 28
2 shaleh al-fauzan,
prinsip-prinsip ahlussunah wal jamaah, hal 12-15
3shaleh al-fauzan,
prinsip-prinsip ahlussunah wal jamaah, hal 25-28














