Saturday, 30 April 2016

Makalah Islam Masuk Istana raja

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Salah satu pusat pemerintahan keraton yang bersifat islam sampai sekarang masih berfungsi. Di Indonesia, keraton memiliki peran dan possi yang sangat penting. Selain berfungsi sebagai simbol perkembangan pemerintahan islam, kerajaan juga menjadi lambang perjuangan kemerdekan. Islam yang masukke istana memang telah menyamai bibit-bibit kemerdekaan dan persamaan.
            Pada bagian ini, kami akan mempelajari secara garis besar awal pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia. Pebahasan ini terutama dipusatkan pada beberapa pusat kekuasaan islam yang berada di wilayah Kalimantan dan Sulawesi.

B. Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Islam masuk Istana Raja

BAB II
Pembahasaan

1.      Proses masuknya islam ke istana di daerah Kalimantan.
            Di Kalimantan terdapat kerajaan yang bercorak islam, diantaraanya: Kesultanan Pasir (1516), Kesultanan Banjar (1526-1905), Kesultanan Katawaringin, Kerajaan Pagatan (1750), Kesultanan Sambas (1671), Kesultanan Kutai Kartanegara, Kesultanan Berau (1400), Kesultanan Sambaliung(1810), Kesultanan Gunung Tabur (1820), Kesultanan Pontianak (1771), Kesultanan Tidung dan Kesultanan Bulungan (1731).
Kerajaan Pontianak
Kerajaan Pontianak terletak di Kalimantan Barat antara lain Tanjungpura dan Lawe. Menurut berita musafir Portugis sudah mempunyai kegiatan dalam perdagangan, baik dengan Malaka dan Jawa, kedua daerah yan di perintah oleh Pate (Adipati) semuanya tundkpada kerajaan di Jawayang di perintah oleh Pati Unus. Tanjung pura  (Daerah Pasundan) menghasilkan komoditi emas, berlian dan banyak bahan makanan. Pada abad ke-17 kedua kerajaan itu berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Mataram terutama dalam upaya perluasan politik menghadapi ekspansi politik VOC.
Kota Waringin yang kini masuk wilayah Kalimantan baratpada masa kerajaan Banjar sudah masuk dalam pengaruh Mataram, sejak abad ke-16. Sekitar abad ke-18 atau 1720 ada rombongan pendakwah dari Tarim (Had Ramaut) untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an, Ilmu Fiqih dan Ilmu Hadist. Syarif Idrus pergi ke Mampawah kemudian menyusuri sungai memasuki kapuas kecil yang menjadi cikal bakal kota pontianak. Syarif Idrus di angkat menjadi pemimpin utama dengan gelar Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus memindahkan kota dengan pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayuan.
            Sejak itu Syarif Idrus di knal sebagai Raja Kubu. Syarif Idrus yang mempunyai nama lengkap Syarif Idrus  al- Aydrus ibn Abdurrahman ibn Ali in Hassan ibn Alwi ibn Abdullah ibn Husin ibn Abdullah al-Aydrus dan yang di kenal sebagai Raja Kubu, memerintah pada 1199-1209 H atau 1779-1789 M.
            Cerita lainnya, pendakwah dari Tarim ( Hadramaut) mengajarkan islam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama ke Sukadana ialah Habib Husin al-Gadri, yang semula singgah si Aceh lalu ke Jawa sampai di Semarang. Ia bertemu dengan pedagang Arab namanya Syaikh, karena itu Habib al-Gadri berlayar ke Sukadana. Setelah wafat Ia digantikan oleh putranya bernama pangeran Sayid Abdurrahman Nurul Alam. Ia mendirikan keraton dan Masjid Agung di Pontianak lalu ia di gantikan oleh Syarif Kasim ibn Abdurrahman al-Gadri pada 1808-1828.

2.  Proses masuknya islam ke istana raja di daerah Sulawesi
            Di Sulawesi terdapat kerajaan islam diantaranya Gowa Tallo, Bone, Wajo, Sopeng dan kesultanan Buton. Dari kerajaan-kerajaan itu yang paling terkenal adalah kerajaan Gowa Tallo.
Kerajaan Gowa Tallo
            Sebelum menjadi kerajaan islam kerajaan ini sering berperang dengan kerajaan lain di Sulawesi selatan seperti Luwu, Bone, Sopeng, dan Wajo. Kerajaan Wajo menjadi daerah taklukan Gowa, menurut hikayat Wajo. Sejak kerajaan Gowa resmi sebagai kerajaan islam pada 1605, maka Gowa meluaskan politiknya agar kerajaa-kerajaan lainnya juga memeluk islam dan tuduk kepada kerajaan Gowa Tallo.
            Di Sulawesi selatan islamisasi makimantap dengan adanya para mubalig yang disebut Datto Tallu (Tiga Dato), yaitu Dato’ Ri Bandang ( Abdul Makmur atau Khatib Tunggal), Dato’ Ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung), dan Dato’ Ri Tiro (Abdul Jawad atau Khatib Bungsu) yang berasal dari Kolo tengah, Minangkabau. Mubalig yang mengislamkan raja Luwu yaitu Dato’ La Patiware’ Daeng Parabung dengan gelar Sultan Muhammdad pada 15-16 Ramadhan 1013 H (4-5 Februari 1605 M). Di susul raja Gowa dan Talloyaitu Karaeng Matawoya dari Tallo yang bernama I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkan Syahadat pada jum’at sore, 9 Djumadil Awal 1014 H atau 2 September 1605 M gelar Siltan Abdullah. Selanjutnya Karaeng Gowa I Manga Rangi Baeng Manrabbia mengucap syahadat pada jum’at, 19 Rajjab 1016 H atau 9 November 1607 M. Karena banyaknya tantangan dari kaum bangsawan Gowa maka ia meninggalakan Sulawesi selatan dan pergi ke Banten. Di Banten Ia di terima oleh Sultan Ageng Tirtayasa bahkan dijadikan menantu dan di angkat sebagai mufti di kesultanan Banten.
            Perjuangan Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya terhadap upaya penjajahan politik dan ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Setelah kapal Portugis yang di rampas oleh VOC pada masa Gubernur Jendral.J.P.Coen di dekat perairan Malaka ternyata di kapal tersebut ada orang Makasar. Ia mendapat berita tentang pentingnya pelabuhan Sombaopu sebagai pelabuhan transit.
            Tahun 1634 VOC memblokir kerajaan Gowa tetapi gagal. Peperangan berhenti pada tahun antara 1637-1638. Pada tahun 1638 terjadi perampokan kapal orang Bugis yang bermuatan kayu cendana, muatannya telah di jual kepada orang portugis. Perang ini berhenti setelah terjadi perjanjian Bongaya pada 1667 yang merugikan Gowa Tallo.

Latar belakang dibangunnya kerajaan Samudra Pasai
            Kerajaan ini didirikan oleh seorang yang bernama Meurah Silu (S. Malik Al-Saleh). Daerah kerajaan Samudra Pasai terletak di kawasan pesisir timur Aceh atau sekarang daerah Lhoksmawe. Pada tahun 1345 seorang pengembara dari Maroko, Abu Abdullah pernah menuliskan tentang keadaaan daerah yang ia kunjungi, bahwa adanya sebuah negeri yang bernama samatrah (Samudra). Sedangkan dari pengembara Marcopollo ia pernah mencatat beberapa kerajaan di pantai timur Sumatra seperti Ferlac (Perlak), Basma dan Samatra (Samudra).
Sebab kemunduran kerajaan Samudra Pasai
            Munculnya pusat politik dan perdagangan baru di abad 15 adalah faktor penyebab keruntuhan kerajaan Samudra Pasai. Penyebab yang lain, terjadinya beberapa pertikaian di Pasai yang mengakibatkan perang saudara. Namun Samudra Pasai sendiri akhirnya runtuh sesudah ditaklukkan oleh portugis tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukkan Malaka tahun 1511 dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian kedaulatan kesultanan Aceh.
Beberapa peninggalan kebesaran Islam di Aceh
·         Benteng Pertahanan
·         Masjid Raya Aceh (Baiturrahman)
·         Batu nisan makam Sultan Malik as-Saleh
·         Batu nisan makam berangka di Munje Tujoh, Aceh Utara.
·         Peninggalan berupa hikayat (Hikayat RaJA-Raja Pasai)
·         Penemuan mata uang



Peran dari Sultan Iskandar Muda terhadap kebesaran Kerajaan Aceh
a.       Menyusun dan menetapkan berbagai konsep qanun (UU dan peraturan)
b.      Menyatukan seluruh wilayah semenanjung tanah melayu dibawah kebesaran kerajaan Aceh Darussalam.
c.       Menjalin hubungan diplomasi perdagangan dengan berbagai bangsa asing sehingga Aceh dikenal
d.      Membawa Aceh menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dan tamaddun di Asia Tenggara dengan cara menetapkan para ulama dan kaum cerdik pandai pada posisi yang paling mulia.
e.       Membawa Aceh ke atas puncak kejayaannya hingga mencapai peringkat ke 5 diantara kerajaan terbesar didunia.


Keberadaan Portugis di Malaka menjadi konflik yang berpengaruh terhadap kerajaan Samudra Pasai dan kerajaaan Aceh
            Selat Malaka yang merupakan jalur perniagaan yang ramai dan menjadi jalur penting kerajaan Samudra Pasai berhasil dikuasai Portugis. Portugis melancarkan suatu serangan hebat ke atas kota Malaka, Portugis tidak senang berhubungan dengan pedagang Islam. Angkatan perang Johor sempat melawan, namun semua perlawanan itu mengalami kegagalan. Meskipun Portugis dan Johor sering melakukan pertikaian, namun mereka keduanya berbaikan. Itu kelihaian Portugis mempengaruhi Johor untuk menghadapi kerajaan Baru yaitu Aceh.

BAB III
PENUTUP

A.   Simpulan
            Dari hasil pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa sejarah mauknya islam ke istana raja di Indonesia, yakni di Kalimantan san Sulawesi di pengaruhi oleh kehidupan politik, ekonomi serta kehidupan sosial atau budya.
Berdasarkan uraian pada bab pembahasan, kita dapat mengetahui beberaa kerajaan islam yang masuk di Kalimantan dan Sulawesi.
Berikut kerajaan islam yang ada di Kalimantan:
1.     Kesultanan Pasir
2.     Kesultanan Banjar
3.     Kesultanan Waringin
4.     Kerajaan Pagatan
5.     Kesultanan Sambas
6.     Kesultanan Kutai Kartanegara
7.     Kesultanan Beray
8.     Kesultanan Sambaliung
9.     Kesultanan Gunung Tabur
10.   Kesultanan Pontianak
11.   Kesultanan Bulungan
Dan berikut kerajaan islam yang masuk di daerah Sulawesi:
1.     Gowa Tallo
2.     Bone
3.     Wajo
4.     Sopeng
5.     Kesultanan Buton
B.   Saran

            Sebaiknya kita lebih mengetahui sejarah masuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak islam ke Indonesia, baik di wilyah Kalimantan, Sulawesi maupun yang lain, dengan cara membaca buku-buku sejarah atau internt untuk mrlihat info sejarah tersebut.

0 komentar:

Post a Comment