BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu pusat pemerintahan
keraton yang bersifat islam sampai sekarang masih berfungsi. Di Indonesia,
keraton memiliki peran dan possi yang sangat penting. Selain berfungsi sebagai
simbol perkembangan pemerintahan islam, kerajaan juga menjadi lambang perjuangan
kemerdekan. Islam yang masukke istana memang telah menyamai bibit-bibit
kemerdekaan dan persamaan.
Pada bagian ini, kami akan
mempelajari secara garis besar awal pertumbuhan dan perkembangan
kerajaan-kerajaan islam di Indonesia. Pebahasan ini terutama dipusatkan pada
beberapa pusat kekuasaan islam yang berada di wilayah Kalimantan dan Sulawesi.
B. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Islam masuk Istana
Raja
BAB
II
Pembahasaan
1. Proses
masuknya islam ke istana di daerah Kalimantan.
Di
Kalimantan terdapat kerajaan yang bercorak islam, diantaraanya: Kesultanan
Pasir (1516), Kesultanan Banjar (1526-1905), Kesultanan Katawaringin, Kerajaan
Pagatan (1750), Kesultanan Sambas (1671), Kesultanan Kutai Kartanegara,
Kesultanan Berau (1400), Kesultanan Sambaliung(1810), Kesultanan Gunung Tabur
(1820), Kesultanan Pontianak (1771), Kesultanan Tidung dan Kesultanan Bulungan
(1731).
Kerajaan Pontianak
Kerajaan
Pontianak terletak di Kalimantan Barat antara lain Tanjungpura dan Lawe.
Menurut berita musafir Portugis sudah mempunyai kegiatan dalam perdagangan,
baik dengan Malaka dan Jawa, kedua daerah yan di perintah oleh Pate (Adipati)
semuanya tundkpada kerajaan di Jawayang di perintah oleh Pati Unus. Tanjung
pura (Daerah Pasundan) menghasilkan
komoditi emas, berlian dan banyak bahan makanan. Pada abad ke-17 kedua kerajaan
itu berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Mataram terutama dalam upaya
perluasan politik menghadapi ekspansi politik VOC.
Kota
Waringin yang kini masuk wilayah Kalimantan baratpada masa kerajaan Banjar
sudah masuk dalam pengaruh Mataram, sejak abad ke-16. Sekitar abad ke-18 atau
1720 ada rombongan pendakwah dari Tarim (Had Ramaut) untuk mengajarkan membaca
Al-Qur’an, Ilmu Fiqih dan Ilmu Hadist. Syarif Idrus pergi ke Mampawah kemudian
menyusuri sungai memasuki kapuas kecil yang menjadi cikal bakal kota pontianak.
Syarif Idrus di angkat menjadi pemimpin utama dengan gelar Syarif Idrus ibn
Abdurrahman al-Aydrus memindahkan kota dengan pembuatan benteng atau kubu dari
kayu-kayuan.
Sejak itu Syarif Idrus di knal
sebagai Raja Kubu. Syarif Idrus yang mempunyai nama lengkap Syarif Idrus al- Aydrus ibn Abdurrahman ibn Ali in Hassan
ibn Alwi ibn Abdullah ibn Husin ibn Abdullah al-Aydrus dan yang di kenal
sebagai Raja Kubu, memerintah pada 1199-1209 H atau 1779-1789 M.
Cerita lainnya, pendakwah dari Tarim
( Hadramaut) mengajarkan islam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama
ke Sukadana ialah Habib Husin al-Gadri, yang semula singgah si Aceh lalu ke
Jawa sampai di Semarang. Ia bertemu dengan pedagang Arab namanya Syaikh, karena
itu Habib al-Gadri berlayar ke Sukadana. Setelah wafat Ia digantikan oleh
putranya bernama pangeran Sayid Abdurrahman Nurul Alam. Ia mendirikan keraton dan
Masjid Agung di Pontianak lalu ia di gantikan oleh Syarif Kasim ibn Abdurrahman
al-Gadri pada 1808-1828.
2. Proses masuknya islam ke
istana raja di daerah Sulawesi
Di Sulawesi
terdapat kerajaan islam diantaranya Gowa Tallo, Bone, Wajo, Sopeng dan kesultanan
Buton. Dari kerajaan-kerajaan itu yang paling terkenal adalah kerajaan Gowa
Tallo.
Kerajaan Gowa Tallo
Sebelum
menjadi kerajaan islam kerajaan ini sering berperang dengan kerajaan lain di
Sulawesi selatan seperti Luwu, Bone, Sopeng, dan Wajo. Kerajaan Wajo menjadi
daerah taklukan Gowa, menurut hikayat Wajo. Sejak kerajaan Gowa resmi sebagai
kerajaan islam pada 1605, maka Gowa meluaskan politiknya agar kerajaa-kerajaan
lainnya juga memeluk islam dan tuduk kepada kerajaan Gowa Tallo.
Di Sulawesi
selatan islamisasi makimantap dengan adanya para mubalig yang disebut Datto
Tallu (Tiga Dato), yaitu Dato’ Ri Bandang ( Abdul Makmur atau Khatib Tunggal),
Dato’ Ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung), dan Dato’ Ri Tiro
(Abdul Jawad atau Khatib Bungsu) yang berasal dari Kolo tengah, Minangkabau.
Mubalig yang mengislamkan raja Luwu yaitu Dato’ La Patiware’ Daeng Parabung
dengan gelar Sultan Muhammdad pada 15-16 Ramadhan 1013 H (4-5 Februari 1605 M).
Di susul raja Gowa dan Talloyaitu Karaeng Matawoya dari Tallo yang bernama I
Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkan Syahadat pada jum’at
sore, 9 Djumadil Awal 1014 H atau 2 September 1605 M gelar Siltan Abdullah.
Selanjutnya Karaeng Gowa I Manga Rangi Baeng Manrabbia mengucap syahadat pada jum’at,
19 Rajjab 1016 H atau 9 November 1607 M. Karena banyaknya tantangan dari kaum
bangsawan Gowa maka ia meninggalakan Sulawesi selatan dan pergi ke Banten. Di
Banten Ia di terima oleh Sultan Ageng Tirtayasa bahkan dijadikan menantu dan di
angkat sebagai mufti di kesultanan Banten.
Perjuangan
Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya terhadap upaya penjajahan
politik dan ekonomi kompeni (VOC) Belanda. Setelah kapal Portugis yang di
rampas oleh VOC pada masa Gubernur Jendral.J.P.Coen di dekat perairan Malaka
ternyata di kapal tersebut ada orang Makasar. Ia mendapat berita tentang
pentingnya pelabuhan Sombaopu sebagai pelabuhan transit.
Tahun 1634
VOC memblokir kerajaan Gowa tetapi gagal. Peperangan berhenti pada tahun antara
1637-1638. Pada tahun 1638 terjadi perampokan kapal orang Bugis yang bermuatan
kayu cendana, muatannya telah di jual kepada orang portugis. Perang ini
berhenti setelah terjadi perjanjian Bongaya pada 1667 yang merugikan Gowa
Tallo.
Latar
belakang dibangunnya kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan
ini didirikan oleh seorang yang bernama Meurah Silu (S. Malik Al-Saleh). Daerah
kerajaan Samudra Pasai terletak di kawasan pesisir timur Aceh atau sekarang
daerah Lhoksmawe. Pada tahun 1345 seorang pengembara dari Maroko, Abu Abdullah pernah
menuliskan tentang keadaaan daerah yang ia kunjungi, bahwa adanya sebuah negeri
yang bernama samatrah (Samudra). Sedangkan dari pengembara Marcopollo ia pernah
mencatat beberapa kerajaan di pantai timur Sumatra seperti Ferlac (Perlak),
Basma dan Samatra (Samudra).
Sebab
kemunduran kerajaan Samudra Pasai
Munculnya
pusat politik dan perdagangan baru di abad 15 adalah faktor penyebab keruntuhan
kerajaan Samudra Pasai. Penyebab yang lain, terjadinya beberapa pertikaian di
Pasai yang mengakibatkan perang saudara. Namun Samudra Pasai sendiri akhirnya
runtuh sesudah ditaklukkan oleh portugis tahun 1521 yang sebelumnya telah
menaklukkan Malaka tahun 1511 dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah
menjadi bagian kedaulatan kesultanan Aceh.
Beberapa
peninggalan kebesaran Islam di Aceh
·
Benteng
Pertahanan
·
Masjid
Raya Aceh (Baiturrahman)
·
Batu
nisan makam Sultan Malik as-Saleh
·
Batu
nisan makam berangka di Munje Tujoh, Aceh Utara.
·
Peninggalan
berupa hikayat (Hikayat RaJA-Raja Pasai)
·
Penemuan
mata uang
Peran dari Sultan Iskandar Muda terhadap
kebesaran Kerajaan Aceh
a.
Menyusun
dan menetapkan berbagai konsep qanun (UU dan peraturan)
b.
Menyatukan
seluruh wilayah semenanjung tanah melayu dibawah kebesaran kerajaan Aceh
Darussalam.
c.
Menjalin
hubungan diplomasi perdagangan dengan berbagai bangsa asing sehingga Aceh
dikenal
d.
Membawa
Aceh menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dan tamaddun di Asia Tenggara
dengan cara menetapkan para ulama dan kaum cerdik pandai pada posisi yang
paling mulia.
e.
Membawa
Aceh ke atas puncak kejayaannya hingga mencapai peringkat ke 5 diantara
kerajaan terbesar didunia.
Keberadaan Portugis di Malaka menjadi
konflik yang berpengaruh terhadap kerajaan Samudra Pasai dan kerajaaan Aceh
Selat Malaka yang merupakan jalur
perniagaan yang ramai dan menjadi jalur penting kerajaan Samudra Pasai berhasil
dikuasai Portugis. Portugis melancarkan suatu serangan hebat ke atas kota
Malaka, Portugis tidak senang berhubungan dengan pedagang Islam. Angkatan
perang Johor sempat melawan, namun semua perlawanan itu mengalami kegagalan.
Meskipun Portugis dan Johor sering melakukan pertikaian, namun mereka keduanya
berbaikan. Itu kelihaian Portugis mempengaruhi Johor untuk menghadapi kerajaan
Baru yaitu Aceh.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat
di simpulkan bahwa sejarah mauknya islam ke istana raja di Indonesia, yakni di
Kalimantan san Sulawesi di pengaruhi oleh kehidupan politik, ekonomi serta
kehidupan sosial atau budya.
Berdasarkan
uraian pada bab pembahasan, kita dapat mengetahui beberaa kerajaan islam yang
masuk di Kalimantan dan Sulawesi.
Berikut
kerajaan islam yang ada di Kalimantan:
1. Kesultanan Pasir
2. Kesultanan Banjar
3. Kesultanan Waringin
4. Kerajaan Pagatan
5. Kesultanan Sambas
6. Kesultanan Kutai Kartanegara
7. Kesultanan Beray
8. Kesultanan Sambaliung
9. Kesultanan Gunung Tabur
10. Kesultanan Pontianak
11. Kesultanan Bulungan
Dan
berikut kerajaan islam yang masuk di daerah Sulawesi:
1. Gowa Tallo
2. Bone
3. Wajo
4. Sopeng
5. Kesultanan Buton
B. Saran
Sebaiknya
kita lebih mengetahui sejarah masuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak islam ke
Indonesia, baik di wilyah Kalimantan, Sulawesi maupun yang lain, dengan cara
membaca buku-buku sejarah atau internt untuk mrlihat info sejarah tersebut.
0 komentar:
Post a Comment